Friday, June 14, 2013

Kisah saya dan dia

buku saya muncul lagi

Saya mulai menyukai membaca sejak kelas 3 Sd. Saat benar-benar lancar membaca. Dulu semuanya saya baca, dari koran yang dijadikan bungkus sayuran sampai beberapa buku tua milik kakek saya. Buku yang pertama sangat berkesan adalah buku tentang penemu radium. Marie curie. Waktu itu tidak sengaja menemukannya saat iseng membongkar tumpukan rongsokan di rumah nenek. Bukunya sangat tipis, kalau tidak salah bahkan tidak sampai 30 halaman. Beberapa buku tua kakek juga dibaca, yang paling berkesan tentang kisah 30 nabi dan rasul. Buku tersebut masih dijilid dengan benang, dan karena lamanya halamannya telah tercerai berai. Entah cetakan tahun berapa. Karena minimnya buku bacaan saat itu, saya sangat sering mengulang membacanya. Dulu perpustakaan sekolah kondisinya sangat memprihatinkan. Saya bahkan baru mengenal perpustakaan setelah kelas 4 sd. Ruangnya kecil, lembab, susunan buku tak beraturan, berdebu. Maka jadilah, hampir tidak ada anak yang berkunjung ke sana. Walaupun sempat dipindah ke ruangan yang lebih besar tetapi karena sosialisasi yang kurang, tetap saja sepi pengunjung. Pernah suatu hari seolah kedatangan bantuan buku, yang entah kenapa tidak dipindahkan ke perpustakaan. Saya dan teman-teman mengetahui itu saat bertugas menyiram tanaman saat libur sekolah. Jadi bisa masuk ruang kantor guru sepuasnya. Dan meminjam buku tersebut tanpa sepengetahuan guru, dengan harapan hal ini tidak ketahuan. Buku-buku itu sangat menarik, seingat saya buku dongeng dengan gambar yang menarik,kertas yang tebal dan berwarna-warni.
  
Ketika di Smp, perpustakaannya jauh lebih baik. Ruangannya luas, berjendela banyak,bersih dan terlalu tenang. Yaa, tentu saja terlalu tenang karena memang sedikit peminat. Di perpustakaan ini saya menemukan buku biografi Bapak Sudarmono (wapres Indonesia sebelum pak Tri Sutrisno), Kisah cinta Inggit dan bung Karno (yang membuat saya tahu kalau ibu Fatmawati bukan istri pertama beliau, tahu kalau ada penyakit tidur karena lalat tse-se, dll), buku Bung Tomo suamiku yang ditulis istrinya (membaca kisah romantisme mereka yang luar biasa), kisah epos Mahabrata, novel salah asuhan, novel-novel NH. Dhini. Rata-rata bacaan favorit saya memang yang bergenre fiksi atau cerita biografi. Saat Smp juga saya baru mengenal majalah Bobo (hehe,telat ya?). Majalah Bobo yang saya beli bukanlah terbitan terbaru, tetapi berupa bundel. Kadang digabung dengan majalah anak (agama) nasrani. Saat itu uga tidak bisa dicek karena dibungkus rapat sama yang jual. Sebenarnya saat itu tidak jadi masalah, karena saat itu saya sudah lumayan paham, untuk bagian yang full nasehat berdasarkan bible tidak saya baca. Cuma membaca cerpen atau cerbung, walaupun kadang tetap memasukkan inti ajaran agama nasrani.   

Pada tahun pertama Sma, seingat saya tidak ada perpustakaan. Karena sekolah kami baru tahun pertama, dan bangunan pun bekas sekolah lain. Untungnya saya sudah pindah di kota kabupaten yang ada Taman bacaan dan ada dekat toko buku. Taman bacaan stasiun, karena lokasinya dekat stasiun. Dari sanalah setiap 2 hari kadang pernah sehari sekali saya berunjung, dan meminjam buku sebanyak yang diperbolehkan atau terkadang meminjam kartu teman saya. Kadang memakai uang saya, kadang teman saya. Pernah kita terpaksa pulang jalan kaki karena seluruh uang telah terpakai untuk menyewa komik atau novel, padahal jaraknya lumayan jauh mungkin 2-3 km. haha, tidak apa yang penting bisa baca sepuasnya. Bacaan majalah juga berganti menjadi Aneka yess dan Anita. Lebih menyukai Anita karena banyak cerpennya. Sempat beberapa kali membuat cerpen sendiri tetapi tidak selesai. Sempat berlangganan Aneka yess, akan tetapi saat mengenal Annida sudah jarang baca Aneka atau Anita. Akhirnya saya ingat kenapa jatah bulanan saya cepat sekali habis, bahkan pernah hampir satu pekan cuma makan nasi sayur karena tidak punya uang lagi. Uangnya habis untuk sewa buku, dan langganan majalah.  


Saat kuliah, kemampuan membaca beberapa buku dalam sebulan musnah. Diganti diktat tebal dan juga tidak secepat dan semudah menghabiskannya seperti saat baca novel atau komik. Buku kedokteran yg rumit, banyak istilah baru, tetapi tetap menarik. Kalau sekarang alhamdulillah bacaan sudah semakin beragam. Tidak melulu novel, tetapi juga buku psikologi,motivasi, novel sastra, kumpulan puisi, buku kedokteran tetap karena menunjang untuk profesi yang dijalani saat ini, dan buku agama. Sekarang sudah jarang sekali baca komik, kalaupun baca yang online.   

O iya, saya jadi ingat komentar teman saya di fb. Dia bilang sebenarnya bukan kita yang memilih buku untuk dibaca tetapi buku itu memilih kita. Sepakat dengannya, alasan dia bahwa begitu seringnya dia menemukan "buku-buku ajaib" di bagian yang tidak pernah dilirik orang. Jadi ingat perjumpaan pertama saya dengan buku sang pemimpi Andrea Hirata, buku yang sebenarnya tidak sengaja dibaca di kos-an teman. Karena tertarik dengan diksi dan jalan cerita berlanjut dengan meminjamnya. Teman saya baru baca sebentar, dia membelinya di Pangkal pinang. Dan sang pemimpi pula yang menuntun saya ke Laskar pelangi, yang waktu itu belum seterkenal beberapa bulan kemudian. Saya menemukannya di tumpukan buku lama, di bagian yang tidak menarik perhatian. Walaupun bukan cetakan pertama, tetapi saya cukup bangga saat cerita ke teman kalau saya sudah baca sebelum booming. :D



Total Pageviews