Friday, April 9, 2010

dysmennorhea (part 1...)


Hampir 2 jam saya terkapar dengan nyeri yang terus menggila. Uterus seperti sedang teremas garang, berusaha untuk tidur dan akhirnya memang tertidur juga, karena dysmenorrhea saya obatnya cuma tidur. Alhamdulillah saat bangun nyeri sudah berkurang. dan bangganya saya tidak minum analgetik lo :). Mengurangi kebiasaan terhadap ketergantungan dengan analgetik, untuk meningkatkan ketahanan terhadap nyeri. 
Apa sih dysmenorrhea? Orang awam bilangnya nyeri saat haid. Nyeri haid dalam istilah kedokteran disebut dysmenorrhea dan dalam praktik diartikan sebagai nyeri saat haid Berdasarkan pencarian di mbah google, saya menemukan bahwa dysmenorrhea berasal dari bahasa yunani yaitu dys, yang berarti nyeri/abnormal, meno, berarti bulan, dan rrhea, berarti aliran. Pinsonneault dkk, menyatakan bahwa nyeri saat haid yang paling umum, berhubungan dengan keluhan ginekologis yang sering dialami wanita. Penatalaksanaan yang optimal tergantung pada penyakit yang mendasarinya.
Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala- gejala pada waktu haid, tetapi sebagian kecil merasa berat dipanggul atau merasa nyeri. sedangkan sepertiga dari wanita muda mengalami gejala yang parah. Keluhan itu sering terkait dengan penyebab absensi kerja, sekolah, ataupun aktivitas-aktivitas lain. Meskipun frekuensi dan beratnya nyeri saat haid sering terjadi, tetapi sebagian besar wanita tidak mencari perawatan medis. Contohnya saya, tapi semoga bukan apa-apa. Amin :
Pemeriksaan pada pasien dysmenorrhea harus dilakukan secara sistematis. Rasa tidak enak pada pelvik secara normal terjadi pada kebanyakan wanita dari berbagai tingkatan selama periode menstruasi, walaupun tidak terjadi pada semua wanita dan insidensinya bervariasi tergantung populasi dan kultur. Keadaan ini ditandai dengan nyeri perut bagian bawah, nyeri punggung, dan nyeri yang menjalar ke paha dengan disertai mual, muntah, diare, dan nyeri kepala. Biasanya manifestasi timbul kembali secara siklik berhubungan dengan menstruasi, dimulai bersamaan dengan terjadinya perdarahan atau beberapa jam sebelumnya dan berlanjut selama periode waktu yang bervariasi pada masa menstruasi sendiri. Keadaan ini biasanya didahului oleh sindroma pramenstruasi dan tampaknya hampir selalu terjadi pada siklus ovulasi saja.
Dysmenorrhea terbagi menjadi dua yaitu primer (spasmodic) dan sekunder ((kongestif). Dysmenorrhea primer didefinisikan sebagai nyeri menstruasi yang tidak berhubungan dengan kelainan makroskopis di daerah pelvis (tidak ada penyakit pada pelvis). Sering terjadi pada tahun-tahun awal setelah menarche dan hampir 50% terjadi pada wanita postpubertas. Dysmenorrhea sekunder didefinisikan sebagai nyeri menstruasi dengan kelainan anatomi dan makroskopis pelvis, terjadi pada wanita dengan endometriosis atau PID (pelvic inflammatory disease). Kondisi ini sering ditemukan pada wanita berumur antara 30-45 tahun.
Diagnosis banding yang penting ditandai oleh terjadinya onset. Rasa nyeri saat haid tidak diketahui secara pasti kaitannya dengan penyebabnya, namun diduga faktor ketidakseimbangan hormon dan faktor psikologis dapat mempengaruhi rasa nyeri tersebut baik itu berupa gangguan primer maupun sekunder. Nyeri saat haid yang disebabkan gangguan primer sering kali terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Andersh pada tahun 1982 di Swedia menyatakan bahwa sekitar 72% dari 596 gadis umur 19 tahun menderita nyeri haid primer dan 15% diantaranya sangat berat sehingga memerlukan pengobatan untuk menghilangakan rasa nyeri tersebut. Nyeri haid primer biasanya timbul setelah dimulainya menstruasi pertama dan seringkali berkurang atau bahkan hilang setelah kehamilan atau melahirkan anak pertama.
Faktor resiko yang terjadinya dismennorhea dihubungkan dengan tingkat keparahan
1.      usia terlalu dini saat menarche
2.      periode menstruasi yang lama
3.      aliran menstruasi yang banyak/deras
4.      perokok
5.      adanya riwayat keluarga
Faktor lain yang juga mempengaruhi obesitas dan pengkonsumsi alkohol ( tetapi tidak pada semua kasus). Aktivitas fisik dan siklus menstruasi tidak ditemukan punya hubungan dengan nyeri menstruasi.

Patofisiologi

Etiologi dan patofisiologi dyemenorrhea tidak sepenuhnya dijelaskan.
dysmenorrhea primer

Berdasarkan evidence saat ini menyatakan bahwa patogenesis dari dysmenorrhea primer adalah prostaglandin F2 alfa (PGF2alpha), vasokonstriktor dan stimulant miometrium poten, yang disekresikan oleh endometrium. Respon terhadap inhibitor prostaglandin pada dengan dysmenorrhea menunjukkan dengan jelas bahwa dysmenorrhea dimediasi oleh prostaglandin. Evidence substansi menghubungkan dysmenorrhea dengan kontraksi uterus yang prolong dan penurunan aliran darah ke myometrium.

Peningkatan level prostaglandin ditemukan pada cairan endometrium wanita dengan dysmenorrhea dan berhubungan dengan tingkatan nyeri. Peningkatan 3 kali lipat prostaglandin endomentrial terjadi dari fase folikular samapi pada fase luteal, dan peningkatan lebih jauh lagi selama menstruasi. Peningkatan prostaglandin di endometrium yang mengikuti saat terjadi penurunan jumlah progesteron pada akhir fase luteal  menghasilkan peningkatan tonus myometrial dan kontraksi uterus yang juga meningkata tajam.
Leukotrin telah diketahui sensitive terhadap serabut nyeri di uterus. Sejumlah leukotrin yang cukup signifikan telah didemonstrasikan pada endometrium wanita dengan dysmenorrhea primer  tidak respon terhadap prostaglandin antagonis. Hipotesis neural juga menjadi dasar patogenesis pada dp. Saraf nyeri tipe c distimulasi oleh metabolit anaerob yang disebabkan endometrium yang iskemik.
Dysmenorrhea primer juga dipengaruhi faktor kebiasaan dan psikologi. Meskipun factor tersebut belum secara jelas disimpulkan akan tetapi bila terjadi kegagalan treatmen medical faktor penyebab tersebut dapat dipertimbnagkan.
dysmenorrhea sekunder
Sejumlah faktor yang mempengaruhi patogenesis dysmenorrhea sekunder. Berikut beberapa kondisi yang menyebabkan dysmenorrhea sekunder :
  • ·         Endometriosis
  • ·         Pelvic inflammatory disease
  • ·         Tumor dan kista ovarium
  • ·         Oklusi atau stenosis servik
  • ·         Adenomyosis
  • ·         Fibroids
  • ·         Polip uterus
  • ·         Adhesi intrauterin
  • ·         Congenital malformations (eg, bicornate uterus, subseptate uterus)
  • ·         Intrauterine contraceptive device
  • ·         Transverse vaginal septum
  • ·         Pelvic congestion syndrome
  • ·         Allen-Masters syndrome
Hampir semua proses yang mempengaruhi viscera pelvic dapat menyebabkan siklus nyeri pelvis. 

Referensi

1. Calis , Dysmenorrhea available from http://emedicine.medscape.com/article/253812-overview 

2. Rahmatika I, Perbandingan dysmenorrhea pada wanita yang sudah menikah antara yang sudah pernah melahirkan dan yang belum pernah melahirkan. 2009. available from etd.eprints.ums.ac.id/6590/1/J500050050.pdf   

gambar diambil di sini


No comments:

Post a Comment

Total Pageviews